SKETSA SEBUAH SENYUM
Karya : Elisa Koraag
Kusesap secangkir teh kerinduan kala rasa itu menggelitik
Kamu yang kutunggu di ujung senja
Jingga kemerahan, samar semerah resahku
Jika rasa ini hanya semu belaka
Mengapa masih kutemui wajah yang sama
Wajah yang menghantui mimpi-mimpiku
Yang sematkan janji pada pelangi
Dukaku sudah lama kusimpan
Dalam Kotak yang kuletakan di gudang memoriku
Kau tak akan lihat duka di telaga mataku
Karena air telaga telah mengering
Dan tinggalkan sketsa sebuah senyuman
Aku tak lagi menantimu
Mimpi yang kurajut telah menjadi permadani kesabaran
Yang terbentang di jalan kehidupanku
Dan Sore ini kuberikan sebuah sketsa senyuman
Dukaku sudah purna
Lukaku sudah mengering
Hanya ada sebuah senyuman
Senyuman yang sama
Ketika puluhan tahun kita bertukar pandang di kafe itu
Kafe sudah berubah
Tapi teh yang kusesap masih tinggalkan rasa yang sama
Aku masih merinduimu
Larinda, 1 Agustus 2014
Tak bosan-bosan bagi saya untuk terus menikmati bait demi bait puisi karya Elisa Koraag. Karena puisi-puisi karya beliau begitu menyatu dengan diri saya. Saya seperti berkaca lewat puisi-puisi itu. Dan tak terasa air mata saya pun menetes ada rasa sedih yang begitu mendalam, tetapi saya seperti menemukan satu kekuatan besar untuk menjalani kehidupan ini.
Di dalam puisi ini,saya melihat begitu banyak gambaran tentang diri saya. Saya adalah seseorang yang memiliki begitu banyak kenangan di masa lalu yang ingin saya lupakan, namun memang tak mudah untuk melupakannya. Walaupun air mata dan kesedihan itu telah berganti menjadi senyuman tetapi rasa itu masih tetap ada seperti aroma dan rasa dari secangkir teh yang pernah saya nikmati. Kita bisa tersenyum dan tertawa setelah melalui begitu banyak rangkaian peristiwa di dalam hidup kita tetapi kenangan itu akan selalu ada.
Di dalam puisi ini,saya melihat begitu banyak gambaran tentang diri saya. Saya adalah seseorang yang memiliki begitu banyak kenangan di masa lalu yang ingin saya lupakan, namun memang tak mudah untuk melupakannya. Walaupun air mata dan kesedihan itu telah berganti menjadi senyuman tetapi rasa itu masih tetap ada seperti aroma dan rasa dari secangkir teh yang pernah saya nikmati. Kita bisa tersenyum dan tertawa setelah melalui begitu banyak rangkaian peristiwa di dalam hidup kita tetapi kenangan itu akan selalu ada.
Persahabatan antaran saya dengan Bunda Elisa Koraag sudah terjalin sekitar tiga tahun lamanya. Saya mengagumi dan menghormati beliau sebagai seorang Guru sekaligus Sahabat yang begitu memahami dan mengerti diri saya. Karena beliaulah saya banyak belajar tentang puisi dan sastra serta bagaimana cara mengekspresikan seluruh perasaan yang saya miliki lewat sebuah karya puisi.
![]() |
Koleksi Pribadi |
Karya-karya puisi yang beliau ciptakan merupakan suatu bentuk pengaktualisasian diri beliau terhadap permasalah yang beliau hadapi, lihat dan rasakan. Lewat puisilah beliau mengekpresikan keprihatinan beliau, rasa marah, senang, dan sedih yang beliau rasakan. Lewat puisi pulalah beliau ungkapkan rasa syukurnya kepada Tuhan, serta cinta dan kasih sayangnya kepada orang tua serta keluarga kecilnya. Dan dengan berpuisi lah beliau mengungkapkan protes dan tanggapannya terhadap permasalah yang berkembang di masyarakat. Seperti karya beliau berikut ini mengenai peran wanita serta realitanya di masyarakat.
PEREMPUAN BUKAN WARGA KELAS DUA
Karya : Elisa Koraag
Berdendang Riang perempuan melangkah
Bahagia penuh tak lagi patah
Menulis, membaca, berkarya nyata
Bukan hanya dapur-kakus-kasur
Mengasuh anak kewajiban bersama
Merancang Bahagia Bergandengan tangan
Pengabdian karena cinta
Warisan Kartini salah satu pembuka jalan
Kami bukan pelayan, tetapi teman seperjalanan
Kami perempuan bebas merdeka
Bebas memilih dan memutuskan
Termasuk Menolak dan berkata tidak
Perempuan, berkedaulatan penuh atas diri dan pemikiran
Kami perempuan mampu berjuang
Memanfaatkan peluang untuk menjadi pemenang
Kami perempuan tak perlu menunggu atau sembunyi di belakang bahu
Kami perempuan membangun jaringan, membangun kemitraan
Demi kemajuan dan kesejahteraan bersama
Kami perempuan, bukan warga kelas dua
Kreo, 21 April 2014
Bunda Elisa Koraag adalah seorang istri dan ibu dari dua orang putera dan putri. Selain itu beliau pun juga punya segudang aktifitas yang sangat padat, baik itu sebagai Blogger, Penulis, Pendiri dan Pengasuh Komunitas Penulis Dan Sastra, Pemilik Penerbitan Indie Pedas Publishing serta segudang aktivitas lainnya.
Persahabatan yang terjalin di antara kami , berawal dari hobi dan kecintaan yang sama yaitu kami sama-sama hobi membaca puisi dan sangat mencintai dunia puisi dan sastra. Puisi dan Bunda Elisa Koraag sudah begitu menyatu dan betapa bahagianya saya ketika beliau menghadiahkan kepada saya satu karya kumpulan puisi beliau yang berjudul "Seketsa Sebuah Senyum"
![]() |
Foto Koleksi pribadi |
Bagi saya buku ini merupakan salah satu bentuk pengaktualisasian diri beliau dalam bentuk karya puisi. Lewat puisi-puisi beliau orang akan bisa lebih mengerti perasaan, dan pemikiran yang beliau miliki. Puisi-puisi yang beliau tuliskan memiliki jiwa dalam setiap baitnya dan saya bisa merasakannya itu.
Masing-masing individu bisa mengartikan berbeda tentang puisi-puisi karya beliau tergantung dari sudut pandang yang mereka miliki. Tetapi bagi saya pribadi puisi-puisi beliau merupakan satu bentuk perjalanan kehidupan anak manusia , mulai dari kanak-kanak hingga menuju dewasa.
Anak-anak akan memandang segala sesuatu hal dengan begitu polos dan murni, namun dengan berjalannya sang waktu, anak-anak ini terus tumbuh menjadi remaja dan dewasa . Mereka belajar tentang kehidupan, mereka merasakan pahit dan manisnya kehidupan. Dari perjalanan itulah mereka belajar untuk menjadi manusia yang lebih baik dan lebih baik lagi.
Begitulah saya memandang puisi karya Elisa Koraag, mungkin teman-teman semua memiliki pandangan yang berbeda ? silahkan anda semua menikmati dan merasakan bait demi bait puisinya maka teman-teman akan menemukan jawabannya.